Thursday, August 23, 2012

Penyelesaian Pekerjaan Audit

Auditing

PENYELESAIAN PEKERJAAN AUDIT

Tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan yang dilakukan oleh auditor meliputi:
  1. Membuat skedul pendukung.
  2. Membuat skedul utama.
  3. Membuat working trial balance.
  4. Membuat ringkasan jurnal adjustment.
  5. Membuat laporan keuangan auditan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh auditor dalam mereview jurnal adjustment:
  1. Kebenaran akun yang didebit dan dikredit serta ketelitian penghitungan jurnal adjustment yang akan diusulkan tersebut.
  2. Kelengkapan penjelasan jurnal adjustment.
  3. Reaksi klien yang timbul atas adjustment yang diusulkan tersebut.

Auditor membicarakan berbagai jurnal adjustment dan penjelasan laporan keuangan tersebut dengan klien, untuk diusulkan bagi adjustment terhadap catatan akuntansi dan penjelasan laporan keuangan klien. Jika klien menyetujui semua jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditor, dan menyetujui semua penjelasan yang diusulkan oleh auditor di dalam penjelasan laporan keuangan, maka laporan keuangan auditan dan penjelasan laporan keuangan akan disajikan sebagai bagian dari laporan audit. Jika tidak semua jurnal adjustment dan penjelasan laporan keuangan disetujui oleh klien, auditor dapat mengubah pendapatnya sedemikian rupa sehingga mencerminkan hasil auditnya terhadap laporan keuangan auditan.

PERISTIWA KEMUDIAN

Peristiwa kemudian yang perlu dijelaskan di dalam laporan audit:
  1. Peristiwa yang jumlahnya material.
  2. Peristiwa yang penting dan bersifat luar biasa.
  3. Peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan.

Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien dibagi menjadi dua golongan:
  1. Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien.
  2. Peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien, namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu.

Contoh peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien:
  1. Pengumuman kebangkrutan debitur klien karena terjadinya kesulitan keuangan debitur tersebut, yang jumlah piutang kepada debitur tersebut melebihi jumlah cadangan kerugian piutang yang telah dibentuk oleh klien.
  2. Penyelesaian perkara pengadilan yang jumlahnya berbeda dengan jumlah yang telah dicatat di dalam buku klien.
  3. Penjualan ekuipmen yang sudah tidak dipakai lagi dalam kegiatan usaha klien, dengan harga dibawah nilai bukunya kini.
  4. Penjualan surat berharga pada harga yang lebih rendah daripada kos yang dicatat di dalam buku klien.

Contoh peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan klien, namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu, misalnya sebagai catatan kaki atau penjelasan di dalam laporan audit:
  1. Penurunan harga pasar surat berharga yang dimiliki klien sebagai investasi sementara.
  2. Pengeluaran obligasi atau saham.
  3. Penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa penyebabnya terjadi setelah tanggal neraca.
  4. Penurunan nilai pasar persediaan sebagai akibat larangan pemerintah terhadap penjualan suatu produk.
  5. Kerugian akibat terbakarnya sediaan yang tidak diasuransikan.

Prosedur audit terhadap peristiwa kemudian:
  1. Pelajari notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komisi-komisi yang dibentuk dalam periode setelah tanggal neraca.
  2. Review laporan keuangan klien yang dibuat dalam jangka waktu antara tanggal neraca auditan sampai dengan tanggal penerbitan laporan audit.
  3. Adakan wawancara dengan pimpinan perusahaan mengenai peristiwa yang kemungkinan berdampak material terhadap penyajian laporan keuangan.
  4. Lakukan wawancara dengan penasihat hokum klien.
  5. Review penagihan piutang usaha yang terjadi setelah tanggal neraca.
  6. Review jurnal penerimaan kas terutama yang mengenai transaksi penerimaan kas dari penarikan kredit atau dari penjualan aktiva tetap yang jumlahnya material.
  7. Review transaksi yang material jumlahnya yang dicatat dalam buku jurnal material.
Sumber: shvoong.com

Saturday, August 18, 2012

Audit Siklus Pendapatan

Auditing

a. Pengujian atas Pengendalian Intern
Audit siklus pendapatan bertujuan untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup tentang tiap asersi manajemen yang signifikan dalam laporan keuangan. Pada siklus pendapatan risiko pengendalian yang muncul umumnya karena tekanan pada manajemen untuk menampilkan performa pendapatan yang lebih baik dari entitas lain, keinginan melebihsajikan atau merendahsajikan kas, piutang, atau piutang tak tertagih untuk kepentingan likuiditas. Selain itu kesalahan karena tingginya transaksi dalam siklus pendapatan, standar akuntansi dan klasifikasi akun-akun dalam siklus pendapatan yang tidak tepat memungkinkan munculnya risiko pengendalian. Dokumen-dokumen yang sering digunakan dalam memproses transaksi penjualan, khususnya yang kredit antara lain order pelanggan, order penjualan, dokumen pengiriman, faktur penjualan, daftar harga yang diotorisasi, buku besar pembantu piutang, berkas transaksi penjualan, jurnal penjualan dan laporan penjualan bulanan. Fungsi-fungsi yang terlibat dalam transaksi penjualan kredit adalah bagian penerimaan order pelanggan, persetujuan kredit, pemenuhan order penjualan, pengiriman order penjualan, penagihan pelanggan, dan pencatatan transaksi penjualan.

b. Transaksi Penerimaan Kas dan Penyesuaian Pendapatan
Penerimaan kas berasal dari berbagai aktivitas. Dokumen dan catatan yang digunakan dalam memproses penerimaan kas terdiri dari nota pembayaran (remittance advice), daftar penerimaan kas yang disiapkan sebelumnya (prelisting of cash receipt), lembar perhitungan kas (cash count sheet), ringkasan kas harian (daily cash summary), slip penyimpanan yang divalidasi (validated deposit slip), berkas transaksi penerimaan kas (cash receipt transaction file), dan jurnal penerimaan kas (cash receipt journal). Pemrosesan penerimaan kas dari penjualan tunai dan kredit melibatkan fungsi-fungsi penerimaan kas, penyimpanan kas di bank, dan pencatatan penerimaan.
Faktor-faktor yang mungkin memotivasi manajemen untuk salah saji dalam asersi siklus penerimaan kas antara lain penjualan tunai mungkin tidak dicatat sengaja dilakukan dalam rangka pencurian kas, penerimaan kas melalui surat mungkin hilang atau salah diakui setelah penerimaan, uang dan cek yang diterima untuk disimpan mungkin tidak sesuai dengan lembar perhitungan kas dan prelist, kas mungkin tidak disetor setiap hari sebagai upaya menumpuk kas pada pemegang kas untuk keuntungan pribadi, nota pembayaran mungkin tidak sesuai dengan prelist, beberapa penerimaan mungkin tidak dicatat karena banyaknya transaksi penerimaan kas yang dokumennya mungkin tidak langsung disimpan atau dicatat secara rapi, kekeliruan mungkin dilakukan dalam menjurnal penerimaan, dan penerimaan kas mungkin dimasukkan ke akun pelanggan yang salah.
Audit penerimaan kas bertujuan untuk meyakinkan bahwa posisi kas pada tanggal neraca benar-benar ada dan merupakan milik perusahaan (existence and ownership), semua transaksi penerimaan kas telah dicatat dengan lengkap dan merupakan transaksi yang sah (completeness), kas di bank seperti dinyatakan dalam rekonsiliasi telah dijumlahkan dengan benar dan sesuai dengan buku besar (mathematical accuracy), kas di bank seperti dinyatakan dalam rekonsiliasi adalah absah dan benar (validity and valuation), transaksi penerimaan kas dicatat dalam periode yang tepat (cut-off), dan kas telah diungkapkan dengan benar (disclosure).
Transaksi penyesuaian penjualan meliputi fungsi-fungsi persetujuan diskon, persetujuan retur dan pengurangan penjualan, dan penentuan piutang tak tertagih. Salah saji yang potensial berasal dari kekeliruan dan ketidakteraturan dalam pemrosesan transaksi-transaksi ini. Perhatian utama adalah pada kemungkinan transaksi penyesuaian penjualan fiktif yang dicatat dalam pemrosesan penerimaan kas. Auditor harus memahami semua aspek yang relevan dari komponen struktur pengendalian intern dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji tersebut.

c. Pengujian Substantif atas Piutang Usaha
Standar akuntansi keuangan menggolongkan piutang menurut sumber terjadinya dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang tidak dapat ditagih. Perancangan pengujian substantif atas piutang usaha ini, pertama-tama auditor harus menentukan tingkat risiko deteksi (detection risk) yang dapat diterima untuk tiap asersi signifikan yang berhubungan. Penentuan risiko pengendalian untuk asersi piutang usaha tergantung pada penentuan risiko pengendalian yang terkait untuk kelas-kelas transaksi (penjualan kredit, penerimaan kas, dan penyesuaian kas) yang mempengaruhi saldo piutang usaha.
Tujuan pemeriksaan (audit objectives) antara lain:
  1. mengetahui apakah terdapat pengendalian intern yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas;
  2. memeriksa validitas (validity) dan otentitas (authenticity) dari piutang;
  3. memeriksa kolektibilitas (collectibility) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bed debts (penyisihan piutang tak tertagih);
  4. mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih;
  5. memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (SAK).
Sumber: shvoong.com

Wednesday, August 15, 2012

Audit Siklus Pengeluaran


a. Pengujian Pengendalian pada Siklus Pengeluaran
Siklus pengeluaran terdiri dari 2 transaksi utama, yaitu transaksi pembelian dan transaksi pengeluaran kas. Dalam melakukan pengauditan atas kelas transaksi dan jumlah akun, perlu diperhatikan kategori asersinya yang terdiri dari: existence or occurance (keberadaan atau keterjadian), completeness (kelengkapan), right and obligations (hak dan kewajiban), valuation or allocation (penilaian atau alokasi) dan presentation and disclosure (penyajian dan pengungkapan). Dalam melakukan aktivitas kontrol pada transaksi pembelian, harus melakukan pertimbangan penaksiran atas risiko kontrol terhadap fungsi: permintaan barang dan jasa, penyiapan permintaan pembelian, penerimaan barang, penyimpanan barang sebagai persediaan, penyiapan voucher pembayaran dan pencatatan utang. Hal ini dilakukan untuk menentukan adanya salah saji potensial, aktivitas pengendalian yang diperlukan dan pengujian pengendalian yang dapat dilaksanakan. Sedangkan untuk aktivitas kontrol pada transaksi pengeluaran kas, pertimbangan penaksiran atas risiko kontrol yang harus dilakukan adalah terhadap fungsi : pembayaran utang dan pencatatan pengeluaran kas. Pada penyusunan program audit, baik untuk transaksi pembelian maupun transaksi pengeluaran kas, harus berdasarkan asersi yang dituju, yaitu: keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.

b. Pengujian Substantif pada Siklus Pengeluaran
Pengujian substantif pada siklus pengeluaran dilakukan pada saldo utang, saldo aktiva tetap, dan saldo aktiva tidak berwujud. Dalam melakukan pengujian substantif ini, dimulai dari prosedur audit awal, prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi rinci, pengujian terhadap saldo akun rinci dan diakhiri dengan verifikasi penyajian dan pengungkapan.
Pengujian substansif atas saldo utang, saldo aktiva tetap, dan saldo aktiva tidak berwujud bertujuan untuk:
  1. memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi;
  2. membuktikan keberadaan dan keterjadian transaksi;
  3. membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo yang disajikan di neraca;
  4. membuktikan kewajiban klien atau kewajaran penilaian aktiva yang dicantumkan di neraca; dan
  5. membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan saldo di neraca.

Sumber: shvoong.com

Saturday, August 4, 2012

Laporan Audit


LAPORAN AUDIT


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun laporan audit:
  1. Manfaat Pemeriksaan Akuntansi
  2. Jenis Pemeriksaan Akuntansi
  3. Jenis-jenis Opini Akuntan
  4. Unsur-unsur Laporan Audit


MANFAAT PEMERIKSAAN AKUNTANSI

Manfaat pemeriksaan akuntansi bagi pihak perusahaan yang diaudit:
  1. Menambah kredibilitas laporan keuangan badan usaha / organisasi.
  2. Dapat mengurangi kecurangan di kalangan manajemen dan para karyawan perusahaan.
  3. Dapat memberikan dasar yang lebih dipercaya untuk penyiapan surat pemberitahuan pajak dan laporan keuangan yang harus diserahkan kepada pemerintah , sehingga mengurangi audit pemerintah.
  4. Dapat membuka pintu masuknya sumber-sumber pembiayaan dari luar (investor).
  5. Seringkali dapat menyingkapkan kesalahan / penyimpangan moneter dalam catatan keuangan klien, sehingga dapat menemukan biaya atau pendapatan yang hilang.

Manfaat pemeriksaan akuntansi bagi pihak-pihak luar perusahaan yang diaudit:
  1. Dapat memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada parainvestor / kreditor untuk mengambil keputusan yang menyangkut pemberian kredit.
  2. Dapat memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon investor untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen.
  3. Dapat memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan asuransi untuk menyelesaikan klaim atas kerugian yang bias diasuransikan.
  4. Dapat memberikan dasar yang obyektif kepada serikat buruh dalam menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan.
  5. Dapat memberikan dasar yang independen kepada pembeli maupun penjual untuk menentukan syarat-syarat pembelian, penjualan atau penggabungan perusahaan.
  6. Dapat memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada para pelanggan atau klien untuk menilai profitabilitas atau rentabilitas perusahaan , efisiensi operasionalnya dan keadaan keuangannya.

Manfaat pemeriksaan akuntansi bagi pihak pemerintah dan badan hukum:
  1. Dapat memberikan tambahan kepastian yang independen tentang kecermatan dan keterandalan kepada badan pemerintah.
  2. Dapat memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak di bidang hukum untuk mengurus harta / menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan dan menentukan pelaksanaan perjanjian, persekutuan dengan cara semestinya.
  3. Dapat memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan undang-undang keamanan Nasional.



JENIS PEMERIKSAAN AKUNTANSI
Ditinjau dari luas pemeriksaannya, audit dibedakan menjadi:
  1. General Audit (Pemeriksaan Umum).
  2. Special Audit (Pemeriksaan Khusus).

Ditinjau dari jenis pemeriksaannya, audit dibedakan menjadi:
  1. Management Audit (Operational Audit).
  2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan).
  3. Internal Audit (Pemeriksaan Intern).
  4. Computer Audit.


JENIS-JENIS OPINI AKUNTAN
  1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian(Unqualified Opinion), akan diberikan oleh akuntan publik jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh IAI (Standar Profesional Akuntan Publik), dan telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian yang cukup untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan material atau penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).
  2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (Unqulified Opinion with Explanatory Language), akan diberikan oleh akuntan publik jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.
  3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion), laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untnk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan.
  4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion), laporan keuangan menyajikan secara tidak wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
  5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion), suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan.


UNSUR-UNSUR LAPORAN AUDIT

1. Judul, “Laporan Audit Independen”.
2. Alamat , “Pihak yang memberi penugasan”.
3. Paragraf Pendahuluan, harus berisi:
o Pernyataan telah melakukan pemeriksaan
o Periode Laporan Keuangan yang diaudit
o Jenis Laporan Keuangan
o Tanggung jawab manajemen terhadap Laporan Keuangan
o Tanggung jawab auditor terhadap pernyataan pendapat atas Laporan Keuangan yang diaudit.
4. Paragraf Ruang Lingkup
o Pernyataan auditor , bahwa pelaksanaan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang disahkan oleh IAI.
o Pernyataan auditor bahwa pemeriksaan dilakukan dengan perencanaan, pengujian, pengumpulan bukti-bukti dan pengungkapan dalam Laporan Keuangan.
5. Paragraf Pendapat
o Auditor menyatakan pendapatnya, terhadap Laporan Keuangan secara keseluruhan pada nilai yang material.
6. Identitas Kantor Akuntan Publik, “Nama, No Register, Tanda Tangan”.
7. Tanggal Laporan, “Tanggal yang dicantumkan adalah tanggal diselesaikannya pemeriksaan”.
Untuk pendapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian, maka unsur laporan audit ditambah "paragraph penjelasan", sebagai penjelasan atas pengecualian pos dalam laporan keuangan atau ketidakwajaran dalam laporan keuangan.

Sumber: shvoong.com











Friday, August 3, 2012

Motivasi dan Tujuan Penelitian


1. Motivasi dan Tujuan Penelitian
Motivasi dari dilakukannya suatu penelitian yaitu karena adanya keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan tujuan utama penelitian ada dua, yaitu untuk memperoleh/mengembangkan pengetahuan, dan untuk memecahkan suatu masalah atau menjawab pertanyaan penelitian.

2. Karakteristik Penelitian
Karakteristik dari suatu penelitian ada tiga, yaitu tujuan penelitian, metode-metode penelitian yang digunakan, dan hubungan antara penelitian dengan ilmu.

3. Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah suatu proses atau cara-cara tertentu untuk mengkaji sumber-sumber untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Pengetahuan atau ilmu yang diperoleh dari suatu metode ilmiah harus mempunyai karakteristik yaitu ilmu tersebut mempunyai pengetahuan yang rasional dan pengetahuan yang teruji. Ilmu diperoleh dari suatu penelitian, dan penelitian dilakukan untuk mengembangkan sebuah ilmu menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.

4. Proses Penelitian
Proses penelitian dimulai dengan menemukan suatu masalah/pertanyaan penelitian, kemudian pemecahan masalah dilakukan dengan dua dimensi pengujian, yaitu dengan telaah teoritis dan pengujian fakta. Kemudian dari proses tersebut dapat ditarik kesimpulan yang berupa dukungan atau penolakan terhadap hipotesis yang dikembangkan dari telaah teoritis melalui pengujian fakta atau pengungkapan fakta yang digunakan sebagai dasar untuk penyusunan teori atau hipotesis.

5. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ada dua jenis yaitu paradigma kuantitatif dan paradigma kualitiatif. Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori, sedangkan paradigma kualitatif menekankan pada pemahaman masalah berdasarkan realita.

6. Kriteria Penelitian Ilmiah
  • Menyatakan tujuan secara jelas
  • Menggunakan landasan teoritis dan metode pengujian data yang relevan
  • Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telah teoritis atau berdasarkan pengungkapan data
  • Mempunyai kemampuan untuk diuji ulang (replikasi)
  • Memilih data dengan presisi sehingga hasilnya dapat dipercaya
  • Menarik kesimpulan secara obyektif
  • Melaporkan hasilnya secara parsimony
  • Temuan penelitian dapat digeneralisasi
Sumber: shvoong.com

Thursday, August 2, 2012

Lingkup dan Klasifikasi Penelitian Bisnis


Lingkup dan Klasifikasi Penelitian Bisnis

1. Lingkup Penelitian Bisnis

Ada dua lingkup penelitian bisnis, yaitu lingkup penelitian manajemen dan lingkup penelitian akuntansi. Lingkup penelitian manajemen meliputi bisnis umum, pemasaran, keuangan, manajemen dan perilaku organisasional, sistem informasi manajemen, manajemen operasi, dan manajemen sumber daya manusia. Lingkup penelitian akuntansi meliputi akuntansi keuangan, pasar modal, akuntansi manajemen, auditing, sistem informasi akuntansi, dan perpajakan.

2. Klasifikasi Penelitian Bisnis

a. Berdasarkan Tujuan Penelitian
  1. Penelitian Dasar, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teori
  2. Penelitian Terapan, yaitu penelitian yang menekankan pada pemecahan masalah

b. Berdasarkan Karakteristik Masalah
  1. Penelitian Historis, merupakan penelitian terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena masa lalu
  2. Penelitian Deskriptif, merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi
  3. Studi Kasus dan Lapangan, merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan
  4. Penelitian Korelasional, merupakan penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih
  5. Penelitian Kausal Komparatif, merupakan penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih
  6. Penelitian Eksperimen, merupakan penelitian yang serupa dengan penelitian kausal komparatif, tetapi ada perlakuan terhadap variabel independen

c. Berdasarkan Jenis Data
  1. Penelitian Opini, merupakan penelitian terhadap fakta berupa opini atau pendapat orang/responden
  2. Penelitian Empiris, merupakan penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi atau pengalaman

3. Tipe-tipe Penelitian Kualitatif
  1. Berdasarkan metode pengumpulan dan analisis data, teknik penulisan laporan, atau berdasarkan desain penelitian: human ethology, ecological psychology, holistic etnography, cognitive antropology, etnography of communication, dan symbolic interactionism
  2. Berdasarkan pendekatan dan perspektif: pendekatan interpretif, pendekatan artistik, pendekatan sistematis, perspektif antropologis, perspektif sosiologis, perspekktif biologis, studi kasus, studi kognitif, dan penelitian historis
Sumber: shvoong.com