Saturday, August 18, 2012

Audit Siklus Pendapatan

Auditing

a. Pengujian atas Pengendalian Intern
Audit siklus pendapatan bertujuan untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup tentang tiap asersi manajemen yang signifikan dalam laporan keuangan. Pada siklus pendapatan risiko pengendalian yang muncul umumnya karena tekanan pada manajemen untuk menampilkan performa pendapatan yang lebih baik dari entitas lain, keinginan melebihsajikan atau merendahsajikan kas, piutang, atau piutang tak tertagih untuk kepentingan likuiditas. Selain itu kesalahan karena tingginya transaksi dalam siklus pendapatan, standar akuntansi dan klasifikasi akun-akun dalam siklus pendapatan yang tidak tepat memungkinkan munculnya risiko pengendalian. Dokumen-dokumen yang sering digunakan dalam memproses transaksi penjualan, khususnya yang kredit antara lain order pelanggan, order penjualan, dokumen pengiriman, faktur penjualan, daftar harga yang diotorisasi, buku besar pembantu piutang, berkas transaksi penjualan, jurnal penjualan dan laporan penjualan bulanan. Fungsi-fungsi yang terlibat dalam transaksi penjualan kredit adalah bagian penerimaan order pelanggan, persetujuan kredit, pemenuhan order penjualan, pengiriman order penjualan, penagihan pelanggan, dan pencatatan transaksi penjualan.

b. Transaksi Penerimaan Kas dan Penyesuaian Pendapatan
Penerimaan kas berasal dari berbagai aktivitas. Dokumen dan catatan yang digunakan dalam memproses penerimaan kas terdiri dari nota pembayaran (remittance advice), daftar penerimaan kas yang disiapkan sebelumnya (prelisting of cash receipt), lembar perhitungan kas (cash count sheet), ringkasan kas harian (daily cash summary), slip penyimpanan yang divalidasi (validated deposit slip), berkas transaksi penerimaan kas (cash receipt transaction file), dan jurnal penerimaan kas (cash receipt journal). Pemrosesan penerimaan kas dari penjualan tunai dan kredit melibatkan fungsi-fungsi penerimaan kas, penyimpanan kas di bank, dan pencatatan penerimaan.
Faktor-faktor yang mungkin memotivasi manajemen untuk salah saji dalam asersi siklus penerimaan kas antara lain penjualan tunai mungkin tidak dicatat sengaja dilakukan dalam rangka pencurian kas, penerimaan kas melalui surat mungkin hilang atau salah diakui setelah penerimaan, uang dan cek yang diterima untuk disimpan mungkin tidak sesuai dengan lembar perhitungan kas dan prelist, kas mungkin tidak disetor setiap hari sebagai upaya menumpuk kas pada pemegang kas untuk keuntungan pribadi, nota pembayaran mungkin tidak sesuai dengan prelist, beberapa penerimaan mungkin tidak dicatat karena banyaknya transaksi penerimaan kas yang dokumennya mungkin tidak langsung disimpan atau dicatat secara rapi, kekeliruan mungkin dilakukan dalam menjurnal penerimaan, dan penerimaan kas mungkin dimasukkan ke akun pelanggan yang salah.
Audit penerimaan kas bertujuan untuk meyakinkan bahwa posisi kas pada tanggal neraca benar-benar ada dan merupakan milik perusahaan (existence and ownership), semua transaksi penerimaan kas telah dicatat dengan lengkap dan merupakan transaksi yang sah (completeness), kas di bank seperti dinyatakan dalam rekonsiliasi telah dijumlahkan dengan benar dan sesuai dengan buku besar (mathematical accuracy), kas di bank seperti dinyatakan dalam rekonsiliasi adalah absah dan benar (validity and valuation), transaksi penerimaan kas dicatat dalam periode yang tepat (cut-off), dan kas telah diungkapkan dengan benar (disclosure).
Transaksi penyesuaian penjualan meliputi fungsi-fungsi persetujuan diskon, persetujuan retur dan pengurangan penjualan, dan penentuan piutang tak tertagih. Salah saji yang potensial berasal dari kekeliruan dan ketidakteraturan dalam pemrosesan transaksi-transaksi ini. Perhatian utama adalah pada kemungkinan transaksi penyesuaian penjualan fiktif yang dicatat dalam pemrosesan penerimaan kas. Auditor harus memahami semua aspek yang relevan dari komponen struktur pengendalian intern dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji tersebut.

c. Pengujian Substantif atas Piutang Usaha
Standar akuntansi keuangan menggolongkan piutang menurut sumber terjadinya dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang tidak dapat ditagih. Perancangan pengujian substantif atas piutang usaha ini, pertama-tama auditor harus menentukan tingkat risiko deteksi (detection risk) yang dapat diterima untuk tiap asersi signifikan yang berhubungan. Penentuan risiko pengendalian untuk asersi piutang usaha tergantung pada penentuan risiko pengendalian yang terkait untuk kelas-kelas transaksi (penjualan kredit, penerimaan kas, dan penyesuaian kas) yang mempengaruhi saldo piutang usaha.
Tujuan pemeriksaan (audit objectives) antara lain:
  1. mengetahui apakah terdapat pengendalian intern yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas;
  2. memeriksa validitas (validity) dan otentitas (authenticity) dari piutang;
  3. memeriksa kolektibilitas (collectibility) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bed debts (penyisihan piutang tak tertagih);
  4. mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih;
  5. memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (SAK).
Sumber: shvoong.com

No comments:

Post a Comment