Natawidnyana
(2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS
sebelumnya merupakan International Accounting Standard (IAS).
Kemudian IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang
dilakukan.
Tujuh Manfaat Penerapan IFRS
Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) Dudi M Kurniawan mengatakan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan
tujuh manfaat sekaligus:
- Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).
- Mengurangi biaya SAK.
- Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
- Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
- Meningkatkan transparansi keuangan.
- Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal.
- Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
- Dewan standar kauntansi yang kurang sumberdaya.
- IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika masih dalam proses adopsi satu standar IFRS dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut.
- Kendala bahasa, karena stiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan seringkali ini tidaklah mudah.
- Infrastruktur profesi akuntansi yang belum siap.
- Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti acuan ke IFRS.
- Support pemerintah terhadap issue konvergensi.
- Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional.
- Meningkatkan arus investasi dlobal melalui transparansi.
- Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global.
- Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
- Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management.
Berikut adalah Roadmap
Konvergensi IFRS di Indonesia:
Tahap Adopsi
(2008 – 2010) |
Tahap Persiapan Akhir
(2011) |
Tahap Implementasi
(2012) |
Adopsi seluruh IFRS ke PSAK
|
Penyelesaian persiapan infrastruktur yang
diperlukan
|
Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap
|
Persiapan infrastruktur yang diperlukan
|
Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis
IFRS
|
Evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif
|
Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK
yang berlaku
|
Jika kita bandingkan
antara semua standar akuntansi yang dimiliki Indonesia dengan IFRS, dengan
jelas kita temukan perbedan kuantitas sebagai berikut:
PSAK
|
IFRS
|
43 Standards (PSAK)
8 Syari’ah Standard 11 Interpretation (ISAK) 4 Technical Bulletins 1 SAK ETAP (Entitas tanpa akuntanbilitas publik/UKM) |
37 Standards
- 8 IFRS - 29 IAS 27 Interpretation 16 IFRIC Interpretation 11 SIC |
Di Indonesia juga masih terdapat Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) yang masih mengacu pada PSAK lama. Kemungkinan besar setelah
konvergensi PSAK ke IFRS akan menyusul perubahan pada SAP.
Tidak semua standar IFRS tersebut diatas dicontek habis
dan dirubah menjadi PSAK, itulah mengapa IAI memilih konvergensi dari
para adaption dan adoption. Sedikit gambaran saja
untuk membedakan ketiga istilah tersebut saya jelaskan dalam tabel berikut:
Perbedaan
|
Adaption
|
Convergence
|
Full
Adoption
|
Arti harafiah
|
Adaptasi/Penyelarasan
|
Pertemuan pada suatu titik
|
Adopsi/pemakaian
|
Standar akuntansi
|
Membuat standar yang benar benar baru
|
Membuat standar baru dengan mempertimbangkan
keadaan yang berlaku
|
Mentranslet standar lama menjadi standar baru
|
Contoh Negara
|
Indonesia sebelum IFRS
|
Indonesia setelah 2012
|
Australia, Hongkong
|
Mengutip pernyataan Prof Indra Wijaya dalam orasi
ilmiah pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Gadjah Mada, beliau mengatakan: “Indonesia mengadopsi secara penuh seperti
Australia sangat tidak mungkin, adopsi yang mungkin adalah Mengadopsi IFRS
berkarakteristik Indonesia yang lebih bersifat taylor-made namun
memenuhi kebutuhan internasional serta dapat melepaskan diri dari tekanan dunia
internasional”. Pernyataan itulah yang lebih tepat menjelaskan istilah
konvergensi bagi Indonesia.
Sumber: shvoong.com
No comments:
Post a Comment